HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI PPI PANTAI SADENG KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI PPI PANTAI SADENG KABUPATEN
GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA[1]
Oleh : Anton Subarno [2]
ABSTRACT
The Correlation of the Community’s Socio-Economic Level to the Sustainable Development at the Fish Port of Sadeng Beach, Gunungkidul District, Yogyakarta.
The aims of the research were to find out: (1) whether or not there was acorrelation between the community’s socio economic level and the sustainable development. (2) to know the percentage of a correlation between the community’s socio economic level and the sustainable development.
This is a descriptive research. The location of the research was at Sadeng beach, Gunungkidul, distric, Yogyakarta. The population of the research was 6149 people and the sample of the research was 362 people. The data analyzing by using a regression analysis with prerequisite tests of normality test and linearity test.
Based on the results of the analysis, conclusions are drawn as follows: (1) there is a positive and significant correlation between the community’s economic level and the sustainable development at the fish port of Sadeng beach (rx1y o = 0.867 P<0.5) and to = 32.971 P < 0.05), (2) the percentage of a correlation between the community’s socio economic level and the sustainable development at the fish port of Sadeng beach is 75.1 %
Keyword: Socio-Economic Level, Sustainable Development
read more…
A. Pendahuluan
Pembangunan membutuhkan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Sumber daya alam yang tersedia di Indonesia semakin lama semakin berkurang. Keterbatasan sumber daya alam tersebut menyebabkan diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam, dan mengurangi dampak negatif sekecil mungkin akibat penemuan teknologi modern dalam mengolah alam tersebut. Untuk menyediakan sumber daya manusia yang bisa mengolah dan memberdayakan sumber daya alam yang ada di Indonesia ini salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan yang dilaksanakan di berbagai tingkatan belum siap pakai atau kurang dapat memanfaatkan dan menyumbangkan tenaganya bagi pembangunan masyarakat. Seperti diungkapkan oleh Soedjatmiko yang dikutip oleh Semiawan dan Soedijarto (1991:8-10), “….. kurang peka dan kurang cepat reaksinya terhadap keperluan-keperluan baru yang timbul di dalam masyarakat……”. Mengingat akan hal itu maka masyarakat masih menganggap bahwa para lulusan universitas maupun sekolah-sekolah lainnya terlalu sempit spesialisasinya, atau sebaliknya terlalu luas pengetahuannya sehingga keduanya tidak siap pakai dibidang yang baru pada masyarakat yang sedang membangun. Mereka telah menerima pendidikan di sekolah dengan berbagai mata pelajaran yang berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, namun masih berkepribadian pasif, reaktif, dan kurang berinisiatif, kurang produktif, menunggu dan menerima apa adanya. Dengan demikian pendidikan yang mereka terima masih lemah.
Selain faktor pendidikan, tingkat sosial ekonomi masyarakat juga berpengaruh terhadap pembangunan masyarakat. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat akan sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku terhadap lingkungannya. Pekerjaan yang tidak menetap akan menuntun mereka melakukan pekerjaan yang praktis bisa mendapatkan penghasilan dan mudah dikerjakan. Selagi bisa menghasilkan uang tentu mereka akan melakukannya tanpa memperhatikan dampat lingkungan. Disamping pekerjaan penghasilan yang paling mendominasi seseorang melakukan pekerjaan. Penghasilan masyarakt yang relatif rendah akan menuntut warga masyarakat selalu mencari tambahan penghasilan. Kadang kala untuk menambah penghasilan orang harus meninggalkan pekerjaan pokok. Hal ini sering terjadi bagi karyawan atau tenaga golongan rendah. Dasar mereka dalam bertindak adalah mana yang lebih cepat menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhan keluarganya.
Tingkat kesejahteraan setiap keluarga berbeda-beda tergantung alat pemenuh kebutuhannya. Kalau memang memiliki penghasilan yang cukup tentu akan memenuhi kebutuhan kesejahteraannya dengan taraf yang lebih baik. Masing-masing keluarga memiliki tolok ukur sendiri dalam menentukan kebutuhan akan kesejahteraan ini. Ada suatu keluarga yang beranggapan bahwa kesejahteraan itu baru bisa di dipenuhi setelah kebutuhan-kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) telah melimpah ruah dimiliki. Dilain pihak ada yang menganggap bahwa kebutuhan kesejahtraan itu merupakan suatu yang harus di jaga keseimbangannya maka meskipun belum memiliki penghasilan yang berlimpah ruah tetapi sangat perlu untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraan. Misalnya dengan mengadakan picnic keluarga. Picnic tidak harus dilakukan dengan biaya yang tinggi tetapi bisa dilakukan dengan kegiatan yang memiliki corak berbeda dengan kesehariannya. Sehingga dengan picnic dapat mengurangi rasa kebosanan atau jenuh pada pekerjaan. Warga yang berpendirian semacam inilah yang kadang menjadi sorotan masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar menilai bahwa penghasilannya masih kurang atau pas-pasan tetapi selalu ada kegiatan diluar yang menghabiskan banyak uang.
Pola konsumsi juga merupakan salah satu penyebab kepekaan masyarakat terhdap lingkungan. Bagi warga masyarakat yang memiliki pola konsumsi tinggi maka akan menghasilkan sampah-sampah disekitarnya, dimana sampah tersebut kadang tidak bisa dimusnahkan untuk beberapa puluh tahun. Sebagai contoh sampah plastik. Plastik meskipun sampai lima puluh tahun tetap saja akan menjadi plastik tidak akan lebur dengan tanah. Hal ini kalau sering terjadi dalam pembuangan sampah disembarang tempat atau membuang sampah plastik dengan cara ditanam, maka akan mengurangi tingkat kesuburan tanah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah sebagaimana yang peneliti jelaskan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
- Apakah tingkat sosial ekonomi memiliki hubungan dengan pembangunan berkelanjutan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang :
- Ada atau tidak hubungan tingkat sosial ekonomi terhadap pembangunan berkelanjutan
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah setempat dan masyarakat sekitar, antara lain:
- Dapat digunakan sebagai masukan dalam pembangunan masyarakat.
- Dapat digunakan sebagai masukan untuk pemeliharaan lingkungan.
- Dapat digunakan sebagai kendali bagi dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul dalam peningkatan sumber daya manusia di sekitar pantai Sadeng.
E. Tinjauan Pustaka
1. Tingkat Sosial Ekonomi.
Manusia dalam melakukan perilaku dipengaruhi tidak hanya dari faktor ekonomi saja tapi juga dari faktor sosial. Faktor manusia sebagai salah satu aspek sosial meliputi berbagai aspek lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi cara mereka merasakan kebutuhan dan mewujudkannya dalam pembangunan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia (Conyers, 1991:93)
- a. Jenjang Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kunci menuju pembangunan sosial yang meliputi semua aspek lingkungan hidup. Pertama-tama yang paling penting pendidikan harus dapat mengembangkan, menjawab rasa ingin tahu intelektual manusia sehingga pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperdayakan manusia dalam mengemban semua masalah sosial dan lingkungan karena pendidikan merupakan proses untuk mempengaruhi sejumlah aspek perilaku individu (Muhammad Bandi, 2002:12).
1). Pendidikan Informal
Pendidikan informal yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, organisasi.
2). Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat.
3). Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat.
Jenjang pendidikan di Indonesia diklasifikasikan sebagai berikut :
1). Jenjang Sekolah Taman Kanak-kanak(TK)
2). Jenjang Sekolah Dasar (SD) yang dibedakan :
a). Jenjang Sekolah Dasar Umum
b). Jenjang Sekolah Luar Biasa
3). Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
4). Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), dibedakan menjad :
a). SMA Umum (SMU)
b). SMA Kejuruan (STM, SMEA, dan lain-lain)
5). Jenjang Perguruan Tinggi (PT), dibedakan menjadi :
a). Jalur Gelar (S1, S1, S3)
b). Jalur Non Gelar (SO = D-1, D-2, D-3)
Jenjang pendidikan masyarakat dalam hal ini lebih dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerapkan informasi bidang lingkungan serta kemampuan untuk berperan dalam pembangunan berwawasan lingkungan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi pada umumnya memiliki pengetahuan yang lebih luas sehingga dapat lebih mudah dalam menyerap dan menerima informasi dengan demikian dapat diharapkan informasi yang diterima oleh manusia melalui pendidikan dapat menjawab masalah lingkungan hidup serta aktif berperan serta dalam pengelolaan lingkungan.
- b. Pekerjaan.
Pekerjaan merupakan suatu aktifitas sehari-hari untuk mempertahankan hidup dengan tujuan memperoleh taraf hidup yang lebih baik dari hasil pekerjaan tersebut. Manurut Dumairy (1997:81) sebaran pekerjaan angkatan kerja dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu lapangan pekerjaan, status pekerjaan, dan jenis pekerjaan.
1). Lapangan pekerjaan
Sebaran angkatan kerja berdasarkan lapangan pekerjaan menggambarkan disektor produksi apa/mana saja para pekerja menyandarkan sumber nafkahnya.
2). Status pekerjaan
Sebaran menurut status pekerjaan menjalaskan kedudukan pekerja di dalam pekerjaan yang dimiliki atau dilakukannya.
3). Jenis pekerjaan
Sebaran menurut jenis pekerjaan menunjukkan kegiatan konkret apa yang dikerjakan oleh pekerja yang bersangkutan.
Menurut catatan BPS (biro Pusat Statistik) lapangan pekerjaan, status pekerjaan dan jenis pekerjaan dikualitifikasikan dalam tabel sebagai berikut:
- c. Tingkat Pendapatan
Keseluruhan jumlah pendapatan dalam rumah tangga yang bersumber dari pendapatan formal, informal dan subsistem, pendapatan penduduk menurut Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter Evers (1982 : 227) dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok sebagai berikut :
1). Golongan berpenghasilan sangat rendah (lowest income group)
2). Golongan berpenghasilan rendah (low income group)
3). Golongan berpenghasilan sedang (moderate income group)
4). Golongan berpenghasilan rata-rata atau golongan menengah (middle income group)
5). Golongan berpenghasilan tinggi atau golongan berpenghasilan di atas rata-rata (high income group)
- d. Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan atau keadaan tidak miskin merupakan keinginan lahiriah setiap orang. Keadaan semacam ini barulah sekedar memenuhi kepuasan hidup manusia sebagai makhluk individu, padahal di samping makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. (Dumairy, 1997 : 65).
Tolok ukur mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk baik yang berpendekatan ekonomi maupun sosial menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ditetapkan kriteria kemiskinan berdasarkan kriteria keluarga pra sejahtera. Keluarga pra sejahtera adalah apabila :
- Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya, seluruh anggota keluarga tidak mampu makan dua kali sehari.
- Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian.
- Bagian terluas dari rumah berlantai tanah.
- Tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.
3. Pembangunan di PPI Sadeng
a. Pembangunan Berkelanjutan
Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan ialah 1) terpeliharanya proses ekologi yang esensial, 2) tersedianya sumber daya yang cukup, dan 3) lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai.
1). Proses Ekologi
- Efek Rumah Kaca
ERK berguna bagi mahluk hidup di bumi. Seandainya tidak ada GRK, jadi tidak ada ERK, suhu di bumi rata-rata hanya akan -180 C. suhu itu terlalu rendah bagi sebagian besar mahluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya ERK suhu rata-rata di bumi menjadi 330 C lebih tinggi, yaitu 150 C. suhu ini sesuai bagi kehidupan mahluk hidup.
- Fotosintetis
Fotosintetis merupakan proses esensial untuk menjaga kelangsungan hidup di bumi. Fotosintesis terutama dilakukan oleh tumbuhan hijau. Dalam proses ini energi matahari diubah menjadi energi kimia yang terkandung dalam bahan organik tumbuhan. Energi inilah yang dipakai untuk kehidupan mahluk hidup lain yang tidak dapat melakukan fotosintesis, antara lain manusia, hewan dan jasad renik.
- Penambatan Nitrogen
Tumbuhan kacang-kacangan dan Azolla dapat digunakan sebagai pupuk hijau. Pupuk hijau tidak saja berguna untuk kandungan nitrogennya, melainkan juga bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah. Beberapa contoh tumbuhan kacang-kacangan ialah lamtoro, kaliandra dan orok-orok (Crotalaria juncea).
- Pengendalian populasi
Apabila populasi mangsa meningkat, persediaan makanan untuk pemangsa bertambah. Karena itu kenaikan populasi mangsa, setelah beberapa waktu akan diikuti oleh kenaikan populasi pemangsa. Dengan naiknya populasi pemangsa, jumlah mangsa yang diakan bertambah. Dengan bertambahnya mangsa yang dimakan, populasi mangsa itu setelah beberapa waktu turun. Penurunan populasi mangsa akan diikuti olah menurunya populasi pemangsa. Jadi, ada keseimbangan yang dinamis antara populasi mangsa dan pemangsa. Populasi mangsa dan populasi pemangsa itu saling mengendalikan. Kemungkinan terjadinya ledakan populasi mangsa atau pemangsa adalah kecil. Dengan demikian jenis mangsa yang merugikan, misalnya hama atau hewan yang membawa penyakit, populasinya terkendalikan oleh pemangsanya. Contohnya ialah populasi tikus sawah yang terkendalikan oleh populasi ular.
- Penyerbukan
Banyak sekali buah yang kita makan. Misalnya padi, jagung, kelapa, tomat, dan mangga. Karena itu penyerbukan dan pembuahan sangat penting. Kecuali pada panili, penyerbukan terjadi secara ilmiah. Ada penyerbukan yang terjadi oleh angin. Misalnya, padi. Pada tumbuhan air, ada yang terjadi oleh arus air. Banyak pula serangga, burung dan hewan lain yang sangat berguna dalam proses penyerbukan. Misalnya, kelelawar, burung madu, lebah, dan kupu-kupu. Apabila populasi hewan penyerbuk itu menurun, penyerbukan akan terganggu dan produksi banyak jenis buah akan menurun. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dan pencemaran udara akan mempunyai efek demikian. Karena arti buah yang sangat penting dalam kehidupan kita, kita harus menjaga agar penyerbukan itu tidak terganggu.
- Kemampuan Memperbaharui Diri
Sumber daya alam ada yang bersifat dapat memperbaharui diri. Mereka disebut sumberdaya terperbarui, misalnya udara, tanah, air, ikan dan hutan. Tetapi sifat terperbarui itu tidak mutlak, melainkan kemampuan ada batasnya. Apabila batas kemampuan dilampaui, sumber daya yang terperbarui itu menjadi tak terperbarui. Atau diperlukan biaya yang sangat besar untuk memperbaikinya dan menjadikannya terperbarui lagi. Kemampuan untuk memperbarui diri itu didasarkan pada proses kimia, fisik dan hayati.
- Fungsi hidro-erologi
Air dan tanah merupakan sumber daya yang terperbarui yang esensial untuk kehidupan kita. Air mengalami suatu daur. Air jatuh dari langit sebagai hujan. hujan sebagian mengalir di atas permukaan tanah dan sebagian lagi masuk ke dalam tanah. Oleh panas matahari air menguap. Dari uap air terbentuklah awan dan dari awan terjadilah hujan. daur ini yang menyerap ke dalam tanah. Karena hutan mempunyai laju evapotranspirasi yang besar, dengan adanya hutan lebih banyak air yang menguap daripada bila tak ada hutan. Karena air yang meresap ke dalam tanah dan yang menguap lebih banyak, dan sebagian lagi terserap oleh seresah, air yang mengalir di atas permukaan tanah lebih sedikit.
2) Terjadinya Sumber Daya Yang Cukup
Pembangunan adalah usaha untuk dapat menaikkan manfaat yang kita dapatkan dari sumber daya. Kenaikan manfaat itu dapat kita capai dengan menggunakan lebih banyak sumber daya. Kenaikan manfaat dapat juga dicapai dengan menaikkan efisiensi penggunaan sumber daya, tanpa menaikkan jumlah sumber daya yang kita pakai. Dengan usaha ini kita mendapatkan hasil yang lebih besar dengan sejumlah sumber daya yang sama. Ke dalam usaha menaikkan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk pula daur ulang. Usaha menaikkan efisiensi terutama penting dengan makin langkanya persediaan sumber daya relatif terhadap kebutuhan. Kenaikan kebutuhan itu disebabkan baik oleh kenaikan jumlah penduduk, maupun karena kenaikan permintaan perorang. Usaha menaikan efisiensi penggunaan sumber daya yang tak terperbarui, melainkan juga untuk yang terperbarui. Usaha itu penting dari tiga segi.
Pertama, untuk sumber daya yang terperbarui kenaikan intensitas eksploatasi mempertinggi resiko kerusakan sumber daya. Kedua, penggunaan sumber daya dalam jumlah yang makin besar pada umumnya akan memperbesar masalah pencemaran. Ketiga untuk dapat menjamin persediaan sumber daya selama mungkin ialah mencari sumber daya alternatif.
3). Lingkungan sosial – dan ekonomi yang sesuai
Lingkungan sosial-budaya dan ekonomi sangatlah penting bagi kesinambungan pembangunan berkelanjutan. Sebab pembangunan dilakukan oleh dan untuk manusia yang hidup di dalam kondisi soaial-budaya dan ekonomi tertentu.
a) Pemerataan pembangunan
Di dalam ekologi terdapat hukum yang menyatakan, apabila dua ekosistem yang berbeda tingkat perkembangannya berhubungan satu sama lain, terjadilah tukar-menukar materi, energi dan informasi atara keduanya. Tetapi arus tukar-menukar materi, energi dan informasi itu asimetris, yaitu arus dari ekosistem yang lebih berkembang ke yang kurang berkembang lebih kecil dari yang sebaliknya. Jadi, yang lebih berkembang mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari hubungan itu dibanding dengan ekosistem yang kurang berkembang. Dalam ekologi dikatakan ekosistem yang kurang berkembang dieksploatasi oleh yang lebih berkembang. Tingkat perkembangan ekosistem itu dapat diukur dari tingkat organisasi dan keanekaan, dan dalam ekosistem manusia juga dari tingkat pendidikan dan ketrampilan.
b) Persaingan
Persaingan terjadi apabila sumber daya yang digunakan oleh sekelompok individu menjadi langka relatif terhadap kebutuhan masing-masing individu. Di dalam dunia hewan persaingan antara individu suatu jenis akan menyebabkan terdesaknya individu yang lemah ke daerah yang menyebabkan terdesaknya individu yang lemah ke daerah yang marjinal. Cara hidup individu itu sendiri tidak berubah. Secara ekologis hal ini disebut melebarnya relung jenis tersebut. Bila persaingan itu terjadi antara jenis, masing-masing jenis itu akan berusaha untuk hidup dengan lebih efisien. Maka terjadilah spesialisasi. Dengan spesialisasi itu cara hidup telah berubah. Relung jenis berubah menjadi sempit.
c) Masyarakat Terasing
Yang dimaksud dngan masyarakat terasing ialah masyarakat yang hidup terpisah dari masyarakat umum dan mempunyai gaya hidup dan nilai kebudayaan yang berbeda darimasyarakat umum. Di Indonesia terdapat dua jenis masyarakat terasing yang menduduki dua ujung ekstrem dalam kemasyarakatan kita.
Yang pertama ialah masyarakat terasing yang primitif yang hidup di daerah yang terpencil, misalnya di pedalaman Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya. Yang kedua ialah masyarakat terasing yang modern yang hidup di lokasi proyek pembangunan yang besar yang menggunakan teknologi yang modern.
2. Eika Lingkungan
Dalam etika lingkungan perlu memperhatikan faktor-fator(Sarlito Wirawan Sarwono, 1992:33):
1. Dalam lingkungan, hubungan tingkah laku dan lingkungan adalah saling terkait, tidak berdiri sendiri. Pendekatan ini dinamakan pendekatan holistik atau pendekatan eklektik.
- Hubungan antara lingkungan dengan manusia dan tingkah lakunya adalah hubungan timbal balik, saling terkait dan saling mempengaruhi. Sehingga kita kadang-kadang sulit untuk menentukan faktor lingkungan dan tingkah laku mana yang menjadi sebab dan mana yang merupakan akibat.
- Psikologi lingkungan tidak memusatkan perhatiannya hanya pada masalah teoritis maupun masalah terapan, tetapi titik beratnya selalu pada kedua-duanya.
- Interdisipliner, dalam penelitian harus bekerja sama dengan bermacam-macam ilmu terkait.
F. Kerangka Berpikir
Berdasar kajian teori di atas maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 1 : Kerangka Berpikir
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
- Ada hubungan antara tingat sosial ekonomi dengan pembangunan berkelanjutan.
- Tingkat keberartian tingat sosial ekonomi dengan pembangunan berkelanjutan sangat tinggi
H. Metodologi Penelitian
- 1. Populasi dan Sampel
Penelitin ini mengambil populasi masyarakat di pantai Sadeng Kabupaten Gunungkidul. Adapun jumlah jumlah responden penelitian sebanyak 362 orang.
- 2. Metode Pengumpulan Data
Untuk melengkapi data penelitian yang diperoleh dari kuesioner, peleitian ini juga menggunakan data primer dan sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data dengan cara diamati dan dicatat. Data sekunder adalah metode pengumpulan data dengan mengumpulkan data yang diperlukan berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti melalui literatur, majalah-majalah dan bulletin yang dapat digunakan untuk melengkapi penelitian ini.
- 3. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas digunakan metode analisis regresi linear (Djarwanto Ps, 1996: 175). Persamaannya dinyatakan dengan model: Y = a + b1X1p +b2X2 ….+ biXi + e. uji prsayarat meliputi uji normalitas plot residu versus ordered normal dan linieritas dengan scatter diagram
Uji statistic untuk menguji kemampuan variabel X untuk menjelaskan keberartian koefisien korelasi terhadap variabel Y dengan menggunakan t test parsial yang dilanjutkan dengan uji F.. Selanjutnya adalah mencari determinasi parsial (r2) dari variabel bebas.
|
I. Hasil Penelitian
1. Pengujian Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Berdasar plot yang dilakukan ternyata sebaran data membentuk garis lurus, serta data tersebar secara merata diantara garis normal, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Linieritas
Dari uji linieritas yang dilakukan yaitu plot antara residu dengan Y-topi membentuk diagram pencar yang tidak berpola. Hal ini bahwa hubungan antara X dengan Y adalah linier. Maka linieritas dapat terpenuhi.
2. Pengujian Hipotesis
- a. Hubungan antara Tingkat Sosial Ekonomi (X) dengan Pembangunan Ramah Lingkungan di Pantai Sadeng (Y)
Koefisien korelasi antara X1 dan Y atau antara tingkat sosial ekonomi dengan pembangunan ramah lingkungan sebesar 0,867. Dengan menggunakan tabel r product moment pada taraf signifikansi 5% diperoleh rt sebesar 0,113. Dengan membandingkan ro dan rt dapat diketahui ro> rt. Itu berarti dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan positif antara tingkat sosial ekonomi dengan pembangunan ramah lingkungan. Dari koefisien korelasi tersebut dapat diketahui koefisien determinasi (r2) sebesar 0,751. Hal ini berarti 75,1% variasi pembangunan ramah lingkungan dijelaskan oleh tingkat sosial ekonomi.
Hasil perhitungan nilai t = 32,971 lebih besar dari ttabel = 1,99, maka Ho ditolak (berarti Ha diterima) pada taraf signifikan 0,05. Dengan demikian faktor yang berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi mempunyai hubungan yang signifikan dengan pembangunan ramah lingkungan (Y).
Hasil perhitungan nilai F = 1087,086 lebih besar dari Ftabel = 3,02, maka Ho ditolak (berarti Ha diterima) pada taraf signifikan 0,05. Dengan demikian tingakt sosial ekonomi mempunyai hubungan yang signifikan dengan pembangunan ramah lingkungan (Y)
J. Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
- Tingkat sosial ekonomi sangat berhubungan dengan pembangunan ramah lingkungan di Pangkalan Pendaratan Ikan Sadeng ( rhit = 0,867 > r tab= 0,113) .
- Dari perhitungan regresi linear berganda diperoleh persamaan regresi:
Y = 54,394 + 0,434 X
- Hasil uji t variabel tingkat sosial ekonomi > ttabel yaitu 32,971 > 1,99, maka ada hubungan yang signifikan antara tingkat sosial ekonomi dengan pembangunan ramah lingkungan di PPI Sadeng.
- Keberartian tingkat sosial ekonomi sangat berhubungan dengan pembangunan ramah lingkungan di Pangkalan Pendaratan Ikan Sadeng sebesar 0,751 atau 75,1 %.
K. DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 1997. Analisis Statistik untuk Bisnis dengan Regresi-Korelasi-dan Nonparametrik. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE..
Conyers. Diana. 1991. Perencanaan Sosial Di Dunia Ketiga. Suatu Pengantar. (Edisi Terjemahan Susetiawan. Yogyakarta. : UGM Press.
Daljoeni, N. 1997. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Puspa Ragam Sosiologi Kota dan Ekologi Sosial. Bandung : Alumni.
David, Lucas. 1995. Pengantar Kependudukan. (Edisi terjehamah oleh Nin Bakdi Sumente, Riningsih Saladi) Yogyakarta : UGM Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Pemberdayaan Nilai Budaya dalam Rangka Mewujudkan Keluarga Sejahtera di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Edisi Pertama. Yogyakarta : Liberty.
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta. Erlangga.
Firiyanti Kusuma Wardani. 2003. Hubungan Antara Jenjang Pendidikan Dan Tingkat Sosial Ekonomi Penduduk dengan Kualitas Pola Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Di Kawasan Pemukiman Tepi Sungai Winongo Yogyakarta. Tesis . UNS Surakarta.
Gunawan Sumodiningrat. 1999. Ekonometrika Pengantar. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.
Haryono Suyono. 2003. Memotong Rantai Kemiskinan. Jakarta : Yayasan Dana Sejahtera Mandiri.
Hufschmidt, M. Maynard. 1996. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan Pedoman Penilaian Ekonomi. (Edisi terjemahan oleh Sukanto Reksohadiprojo). Yogyakarta: UGM Press.
Isaac, S. Dan Michael, W.B. (1981). Handbook in research and evaluation for education and the beharvioral sciences. Second Edition. San Diego, California : Edite Publisers.
Khairudin H. 1992. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : Liberty
Kuntjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Marvin Harris. 1991. Cultural Antroplogy. Florida. Harper Collins Publisher
Mirer, W. Thad. 1995. Economic Statistic and Econometrics. New Jersey: Prantice Hall Inc.
Mulyanto Soemardi dan hans dieer Evers. 1982. Sumber Pendapatan, Kebutuhan Pokok dan Perilaku Menyimpang. Jakarta : CV. Rajawali
Purwa Hadiwardoyo. 1994. Hakekat Hidup Berkeluarga, dalam keluarga. Yogyakarta : IKAPI.
Sadono Sukirno. 1985. Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah dan Dasar kebijaksanaan. Jakarta : FE UI dan Bima Grafika.
Sajogyo & Pudjiwati Sajogyo. 1990. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta : Grasindo
Sayogyo. 1992. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta : UGM Press.
Slamet, Y. 1993. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
Soemitro, D.H. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : PT. Pembangunan
Soerjono Soekanto. 1983. Pribadi dan Masyarakat. Bandung : Alumni Offset
Sudjana. 1992. Metode Statistik. Bandung : Tarsito
Suharsimi Arikunto. 1992. Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta
Sumbung. 1993. Pembangunan Keluarga Sejahtera Melalui Upaya Gerakan KB dalam PJPT II, dalam Bunga Rampi Pembuangan Keluarga Sejahtera. BKKBN, Jakarta
Suseno Triyanto Widodo. 1997. Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Sutoto. 2002. Sikap Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Perumahan. (Studi Kooperatif Di Perumahan Baturan Dan Perumahan Songgo Langit). Tesis S2. UNS Surakarta.
Sutrisno Hadi. 1990. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset
Swami Murni. 2003. Hubungan Antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Tesis S2. UNS Surakarta.
Taufik Abdulah. 1988. Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta : Rajawali
Urip Budisantosa. 2001. Hubungan Antara Jenjang Pendidikan, Status Pekerjaan Serta Jumlah Anak Yang Dimiliki Dengan Unmet Need Tahun 2000. (Studi Di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri). Tesis S2. UNS Surakarta.
Winarno Surachmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Transito
Zito, George V. 1979. Sociological Concept. New York : Irivington Publisher